SEJARAH JEMAAT GPIB “MENARA IMAN” DKI JAKARTA

Dalam Persidangan Sinode tahun 1960 dikumandangkan bahwa GPIB adalah Gereja yang missioner dalam rangka memberdayakan Jemaat untuk hidup bagi lingkungannya. Karena itu disusunlah perencanaan yang diikuti dengan mobilisasi warga untuk melayani melalui Bidang-bidang Pelayanan Khusus/ Kategorial (KA/KR, GP, PW, dan PKB). Langkah yang lain adalah GPIB membarui Tata Gereja pada tahun 1972 dan 1982, Tata Ibadah tahun 1978 serta menyusun Pemahaman Iman GPIB tahun 1982 dan 1986. Dengan demikian maka pertumbuhan dan perkembangan Gereja diukur dengan kesadaran untuk memberitakan Injil. Gereja dan Pemberitaan Injil adalah dua aspek dari satu subjek. Artinya Gereja adalah persekutuan Roh di mana KRISTUS menjadi kepala dan diutus untuk penyelamatan dunia oleh kehendak ALLAH. Karena itu IA hadir untuk menunaikan tugasNYA di dunia. Pada saat Gereja lahir oleh kuasa ROH KUDUS maka pada saat yang sama Injil diberitakan. Karena Gereja dan Pemberitaan Injil adalah satu kesatuan maka Gereja adalah Pemberitaan Injil dan Pemberitaan Injil adalah Gereja. Jadi semua aktifitas Gereja yang dilakukan adalah juga merupakan aktifitas Pemberitaan Injil dan sebaliknya semua aktifitas Pemberitaan Injil adalah juga merupakan aktifitas Gereja.

Waktu Jemaat GPIB Torsina dilembagakan tanggal 30 Mei 1970, salah satu wilayah pelayanannya pada waktu itu adalah sektor 5 yang meliputi daerah Pulo Gadung, Pondok Bambu, Duren Sawit dan akhirnya yang masih merupakan daerah terbuka kearah Perumnas dan Desa Kopi. Melihat wilayah pelayanan sektor 5 berkembang pesat maka sebagai gereja yang missioner pelayananpun terus diarahkan dan ditingkatkan sampai menjadi Bajem I yang kemudia pada tanggal 30 Mei 1982 dikembangkan menjadi GPIB Menara Iman. GPIB selalu memperingati tanggal pelembagaan Jemaat. Secara teologis seyogianya pelayanan Ibadah Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen pertama merupakan titik penting Sejarah Keselamatan yang dijadikan patokan. Misalnya di Batavia (=Jakarta), Perjamuan Kudus yang pertama adalah pada tanggal 3 Januari 1621, tetapi pembentukan Majelis Jemaat yang pertama dilakukan setelah itu. Sehingga ulang tahun Jemaat Protestan di Jakarta (untuk GPIB) seyogianya jatuh pada tanggal 3 Januari tersebut.

Perjalanan Jemaat GPIB Menara Iman, dari sebelum dan sesudah dilembagakan dipahami sebagai sejarah yaitu tentang kejadian-kejadian pada masa lampau yang terkait satu sama lain, dan berkelanjutan menuju suatu pencapaian yang ingin dituju secara bertahap mulai dari embrio menjadi satu gereja seperti sekarang ini.

Sejak tahun 1995 telah ada keinginan untuk menulis Sejarah GPIB Menara Iman dengan tujuan untuk memperoleh gambaran perjalanan panjang pelayanan Jemaat ini yang telah dipakai TUHAN di daerah Duren Sawit, Perumnas, Klender, Pondok Bambu dan sekitarnya. Perjalanan panjang yang telah dilalui Jemaat GPIB Menara Iman bukanlah jalan yang mulus, banyak peristiwa-peristiwa masa lampau yang cukup berat yang bisa menimbulkan berbagai perasaan, terharu, emosional ataupun rasa syukur dan bangga terutama bagi orang-orang yang pernah berperan aktif mulai dari tahap awal penggagasan sehingga terwujudnya Jemaat GPIB Menara Iman sampai seperti sekarang ini.

Mengingat keterbatasan fasilitas waktu itu timbul perasaan pesimis. Tapi didorong oleh karya TUHAN melalui banyak orang yang dengan setia melayani maka penulisan sejarah ini rencana awal diupayakan menyambut ulang tahun ke-27 Jemaat GPIB Menara Iman tgl. 30 Mei 2009, namun karena masalah teknis akhirnya peluncuran Buku Sejarah ini disesuaikan dengan ulang tahun GPIB yang ke-61.

Dengan penyertaan serta pimpinan TUHAN, Jemaat ini bertumbuh dan berkembang. Masalah-masalah yang menjadi penghambat dilalui dan diatasi tahap demi tahap dengan penuh kesabaran. Penulisan sejarah ini bertujuan untuk menyadarkan kita tentang pergumulan-pergumulan yang telah dilalui dan hasil yang telah dicapai dari waktu ke waktu, untuk menjadi dasar dalam mengatur dan merencanakan langkah-langkah kita ke depan demi mewujudkan tugas panggilan pelayanan dan pengutusan kita di tengah-tengah masayarakat. Gunanya sejarah adalah agar dapat melihat ke belakang untukĀ  kemudian menentukan langkah-langkah ke depan. Hal yang sangat penting pada tahap awal yaitu semangat kerja sama yang baik, kemudian rela berkorban tanpa menghitung untung rugi dan selanjutnya saling menguatkan antara sesama warga sesuai dengan yang dikehendaki TUHAN. Keberhasilan yang dicapai karena adanya iman yang rela berkorban. Sukses selalu berjalan seiring dengan adanya pengorbanan, yakni bagaikan satu mata uang yang mempunyai dua sisi yang bernilai sama. Pengorbanan dari pelaku-pelaku sejarah Jemaat GPIB Menara Iman tersebut perlu menjadi contoh dan cermin bagi kita untuk mengevaluasi keberadaan diri kita saat ini. Pengalaman luar biasa tersebut perlu kita sebarluaskan untuk diketahui, terutama oleh warga Jemaat baru yang jumlahnya semakin lama semakin banyak dan merupakan generasi penerus pelayanan. Semangat pelayanan ini juga diteruskan kepada saudara-saudara kita seiman yang lain, yang juga sedang bergumul dalam membangun Gereja TUHAN.

Terinspirasi dari Firman TUHAN Kolose 2:7 sebagai berikut : ” Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur ” kita menelusuri perjalanan Jemaat ini. Makna dari Firman ini sesuai dengan perjalanan sejarah Jemaat Menara Iman yang dimulai dari proses berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam kasih karunia TUHAN. Bahwa seluruh proses berakar, bertumbuh dan berbuah hanya bisa terjadi karena kasih karunia TUHAN. Hal tersebut juga dijadikan tema dari tulisan ini. Semula ada kesulitan dalam mengumpulkan data yang lengkap terutama sebelum GPIB Menara Iman dilembagakan. Awalnya diperoleh dari warga Jemaat yang lama hanya merupakan informasi lisan, tidak lengkap dan tidak berkesinambungan.

Kita bersyukur, dalam rangka pelembagaan Jemaat GPIB Menara Iman, Pendeta H. Ongirwalu, S.Th. menulis peristiwa-peristiwa yang merupakan awal perjalanan Jemaat ini. Tulisan tersebut berjudul “Cuplikan Sejarah Perkembangan Jemaah GPIB Menara Iman di DKI Jaya” dimasukkan dalam Buku Acara Pelembagaan tanggal 30 Mei 1982 yang merupakan bahan cukup jelas dan lengkap berisi sejarah cikal bakal GPIB Menara Iman. Dengan demikian tulisan tersebut sebagian besar dikutip dengan penambahan dari pihak-pihak lain untuk melengkapinya.

Proses berakar dan bertunas pertama kali terjadi setelah benih ditaburkan. Begitu juga hasilnya dengan Jemaat GPIB Menara Iman. Kejadian-kejadian sebelumnya sampai terwujudnya pelembagaan GPIB Menara Iman merupakan proses berakar. Setelah berakar maka terjadi pertumbuhan dalam bentuk aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan maupun kegiatan pembangunan secara fisik yang terlaksana dari awal sampai saat ini. Sebenarnya pertumbuhan itu sendiri dapat dipelajari dari segi kuantitas dan kualitas. Pertumbuhan secara kuantitas ditelusuri melalui data dan informasi yang tersedia, misalnya tahun 1978 jumlah KK ada 97, tahun 1979 menjadi 169 KK dan tahun 2008 meningkat menjadi 696 KK. Tetapi pertumbuhan secara kualitas adalah sesuatu yang dipelajari sebagai Karya ALLAH dalam keberadaan dan kegiatan Gereja yang diutus oleh TUHAN ke tengah dunia dan masyarakat. Ukuran penilaian tentang hal ini tidak mudah dan hanya dipahami dengan iman. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan Gereja bisa diukur dari 3 faktor yaitu bila Gereja itu menampakkan ciri-ciri kemandirian, mewujudkan ciri-ciri missioner dan menjadi model dalam konteksnya. Kemudian berubah atau berkembang yaitu peristiwa-peristiwa yang merupakan hasil pelayanan yang dilakukan oleh Jemaat GPIB Menara Iman di tengah masyarakat. Misalnya pelembagaan Bagian Jemaat I Pondok Kopi menjadi Jemaat yang mandiri, Jemaat GPIB Surya Kasih. Sejalan dengan perjalanan waktu, Jemaat GPIB Menara Iman bagai pohon yang bertumbuh menjadi besar. Tentunya perlu ditopang oleh akar yang kuat supaya pohon tersebut tidak tumbang bila angin kencang ataupun badai menerpanya. Pertumbuhan pohon adalah proses yang dapat dilihat sehingga ada yang lebih tertarik untuk mengutamakan pertumbuhan fisik atau kuantitatif terlebih dahulu. Tetapi pertumbuhan akar yang diibaratkan dengan pertumbuhan rohani atau mutu yang tidak kelihatan tetapi mempengaruhi pertumbuhan fisik. Karena itu pertumbuhan rohani merupakan pertumbuhan kualitatif yang hanya dapat dirasakan namun tidak dapat diukur dengan timbangan.

Sehubungan dengan itu pembangunan rohani atau peningkatan mutu membutuhkan visi dan misi yang jelas ke depan, pemahaman permasalahan, ketrampilan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Karena itu perlu pembinaan dan pemeliharaan yang terus menerus agar akar atau iman percaya tetap dapat tumbuh menjadi lebih kuat. Apa gunanya pohon GPIB Menara Iman menjadi besar bila imannya lemah. Iman yang lemah bisa dimaknai dengan adanya warga Jemaat yang tidak terlayani dengan baik. Sehingga tidak terlibat dalam pelayanan. Tidak mengherankan bila sejak tahun 1995 telah timbul istilah Jemaat kapal selam, yaitu waktu Paskah, Natal dan Tahun Baru. Ada juga yang kelihatan rajin ke gereja tetapi tidak mewujudnyatakan Firman TUHAN dalam perbuatan, atau ada yang menjadi anggota tetapi sering ke gereja lain atau bahkan ada yang pindah gereja. Jadi pertumbuhan pohon dan pengembangan akar harus berlangsung secara seimbang atau dengan kata lain pembangunan fisik dan pembangunan rohani harus berjalan seimbang. Kalau kita mempelajari Kisah Para Rasul 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” dan Kisah Para Rasul 2:47 “Dan tiap-tiap hari TUHAN menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”. Maka kita sadari bahwa pertumbuhan kualitatif harus bersamaan dengan pertumbuhan kuantitatif. Jadi pembangunan rohani perlu dibina, karena bila iman kuat maka timbul keyakinan sehingga segala sesuatu yang diusahakan dipergunakan sebagai berkat TUHAN. Selanjutnya dikelola dalam pelayanan untuk dipersembahkan kepada TUHAN sebagai rasa terima kasih. Buah dari semuanya itu adalah Jemaat tumbuh secara fisik untuk berbagi dengan sesama dan masyarakat.

Sesuai dengan tema “berakar, bertumbuh dan berbuah didalam kasih karunia TUHAN”, maka penulisan sejarah ini dilakukan dalam ruang lingkup seluruh kejadian yang ada kaitannya dengan Jemaat GPIB Menara Iman mulai dari sebelum dan sesudah dilembagakan. Juga diusahakan konteks bergereja di Duren Sawit dan tinjauan teologis keberadaan Jemaat, yang sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan GPIB Menara Iman. Kemudian ditinjau pengembangan yang terjadi ditunjang perangkat pelayanan dan pertumbuhannya. Terakhir ditampilkan refleksi atas pelayanan Jemaat ditambah dengan kesan dan pesan para pendeta dan presbiter yang pernah melayani. Hal tersebut diuraikan melalui bab demi bab penulisan ini. Pengumpulan data untuk penulisan diperoleh dari Tim terdahulu, arsip, wawancara yang dilakukan kepada mereka yang menjadi pelaku pelayanan, pengamatan dan pengalaman yang dihimpun oleh Majelis Jemaat. Semua data-data ini diuji dalam diskusi dan seminar serta masukan-masukan dari Pendeta / Ketua Majelis Jemaat dan para pendeta yang melayani Jemaat ini sebelum pelembagaannya sampai saat ini.