PELAYAN PROFESIONAL

Jumat, 3 AprilĀ  2020

Renungan Malam

Bacaan Alkitab : Lukas 17 : 7 – 10

Yesus mengangkat budaya perhambaan dalam pembacaan sesuai zaman saat itu dimana para hamba tidak mendapat bayaran. Upah mereka adalah dengan diberi makan. Kapan mendapat makanan yaitu saat telah menyelesaikan tugasnya. Yesus mengajarkan para murid bahwa sama seperti para hamba mereka harus bekerja sampai tuntas.

Yesus juga menyampaikan bahwa para tuan tidak menyampaikan terima kasih kepada para hamba yang telah melayani mereka. Karena para hamba melakukan apa yang harus mereka lakukan. Kalimat “kami hanya melakukan” dalam bahasa Yunani digunakan kalimat “opheilomen” yang berarti kami berhutang (sebagai tanggung jawab moral kepada Tuhan atau sesama). Berhutang bukan berhutang kepada diri sendiri. Hal ini dekat dengan istilah profesi yang berasal dari bahasa Latin yaitu profiteri (pro yang berarti sebelum, fiteri yang berarti untuk mengakui) yang dipahami dengan semakin terspesialisasinya seseorang dalam kerjanya maka ia mengakui keahliannya kepada orang lain sekaligus berjanji untuk bekerja dengan standar kerja yang tinggi.

Tantangan dalam pelayanan adalah orientasi dari pelayan itu sendiri. Apakah para pelayan berorientasi pada diri dengan bayaran dan penghargaan ataukah berorientasi pada hutang dan janji pada Tuhan dan sesama. Layanilah dengan profesionalisme yang positif yaitu tanpa pamrih, dengan kerelaan dan sampai tuntas sebagai orang yang berhutang pada Tuhan dan sesama. Hindari pelayanan dengan profesionalisme yang negatif yang berorientasi pada diri, bayaran dan penghargaan yang akhirnya merusak pelayanan.