Sabtu, 23 Juli 2022
Renungan Pagi
Bacaan Alkitab : Pengkhotbah 12 : 1 – 8
Mulai dari 2 ayat sebelumnya (pasal 11:9-10), nampaknya Pengkhotbah mulai menyapa anak muda. Mereka dinasihati supaya menikmati masa mudanya. Kesempatan itu hanya sekali dan tidak berulang; meski ada juga orang berkelakar mengatakan, “‘usia boleh tua, tapi semangatnya masin muda kok . Mungkin saja lewat kelakarnya ia serius. Tetapi untuk menjadi muda lagi meski diupayakan, tetaplah tidak bisa. Nikmatilah masa muda, jangan akhirnya terlalui dengan sia-sia. Lagi-lagi Pengkhotbah seolah mau bilang, setelah itu menjadi tua dan meninggal. Pengkhotbah juga tidak mengatakan kalau begitu hidup di masa usia tua adalah nasib malang. Merenungkan yang memang di satu sisi disadari bersama, tenaga di masa tua tidak sekuat atau sehebat di waktu muda. Tetapi di bagian lain, nasihat Pengkhotbah itu tidak hanya bertutur untuk anak muda saja. Dengan adanya ungkapan akan kematian yang tidak dapat dielakkan, “…karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal” (ay.6) dan “debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (ay.7). Renungan tersebut mengantar kita supaya berupaya memaknai hidup ini menjadi berarti. Sebagaimana orang muda selalu semangat, optimis, kreatif dan maunya riang. Kondisi seperti itulan juga yang menjadi spirit sewaktu melakukan peran hidup yang bermakna selagi hayat masih di kandung badan.
Mengaminkan pengamatan Pengkhotbah, “hidup ini hanya sementara”, itu sebabnya, saat Ia telah mengantar kita memasuki hari baru, menjadi waktu yang baru pula bagi kita hidup bagi-Nya. Kita beraktivitas/berkarya dengan riang dan sekaligus wujud tanggung jawab kepada-Nya yang telah mengaruniakan roh. Aktivitas yang bermakna bagi sesama. Karena hidup mati kita telah menjadi milik Kristus (Rm.14:8-9).