SUKACITA DALAM KRISTUS

Kamis, 21 April 2022

Renungan Pagi

Bacaan Alkitab : Yohanes 14 : 27 – 31

Perpisahan oleh karena kematian menyisakan duka yang mendalam. Perpisahan semacam ini bukan perpisahan biasa sebab kematian menyebabkan keterputusan total secara ragawi. Kita tidak bisa lagi bercakap-cakap, berjabat tangan atau tertawa bersama. Kematian menandai berakhirnya kehidupan yang fana. Suka atau tidak, kita berdukacita atas setiap peristiwa kematian yang terjadi. Saat waktunya tiba, kita pun akan menghadap Bapa Mahakuasa.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa kepergian-Nya adalah bagian dari misi yang ditetapkan Bapa. Murid-murid harus mengerti mengapa Yesus pergi meninggalkan mereka. Mereka tidak boleh menjadi gelisah dan gentar hati dengan kepergian-Nya dan menghadapi penolakan dunia. Bapa di dalam Yesus mengutus Roh Kudus untuk memberikan damai sejahtera (EIRENE: suatu keadaan tenang, damai, sentosa, tidak ada perang, keharmonisan antarindividu, keamanan, keselamatan, kemakmuran) bagi murid-murid-Nya. Kepergian Yesus tidak untuk selama-lamanya. Maut tidak berkuasa atas Yesus yang bangkit. Kematian dikalahkan. Tuhan Yesus akan datang kembali kepada mereka yang mengasihi-Nya. Dalam kasih, kita bersukacita sebab Yesus pergi kepada Bapa-Nya. Kita bersukacita sebab misi Yesus menyelamatkan manusia sudah terlaksana. Kita bersukacita sebab Yesus menghendaki-Nya. Tuhan Yesus berjanji untuk datang kembali pada waktu yang ditetapkan-Nya

Dalam hidup berkeluarga, kepemimpinan Kristus harus dinyatakan oleh orang tua baik ayah maupun ibu. Seorang ayah bersama ibu menjadi pemimpin rohani yang mengarahkan seluruh anggota keluarga menempatkan Yesus sebagai yang utama. Hanya Dia yang patut dipuji dan disembah. Firman Tuhan dibaca, diberitakan dan dilakukan. Orang tua mengajarkan agar semua anggota keluarga bersukacita karena janji Tuhan bahwa Ia akan datang kembali. Di tengah kemajuan zaman, kita pegang erat janji Tuhan yang membuat kita bersukacita dan berpengharapan.