Rabu, 22 September 2021
Renungan Pagi
Bacaan Alkitab : Kisah Para Rasul 21 : 7 – 9
Horas…Menjuah-juah…Yahowu.., sering kita dengar sebagai kata salam dari daerah Sumatera Utara, khususnya Batak Toba, Karo, dan Nias, yang artinya ada harapan hidup sejahtera. Tentu saja salam tidak dari daerah Sumatera Utara saja, daerah-daerah lain pun punya sapaan salam atau cara memberi salam kepada sesama. “Salam“ sudah menjadi budaya di setiap daerah dengan cara masing-masing. “Salam” adalah bentuk kesopanan dan penerimaan orang lain, baik dengan kata sapaan salam maupun dengan cara tangan saling menggenggam satu sama lain, meskipun di masa pandemi Covid-19 ini bersalaman terpaksa menggunakan Salam Namaste.
Budaya memberi salam ternyata juga dilakukan para murid Yesus seperti dalam pembacaan Firman Tuhan pagi ini. Paulus berjumpa saudara-saudara di Ptolemais dan yang pertama dilakukan oleh mereka adalah saling memberi salam, lalu Paulus satu hari tinggal di antara mereka.
Sebagai murid Tuhan, kita pun punya budaya saling memberi salam, seperti kita mengucapkan “salam sejahtera” kepada sesama murid Tuhan sambil berjabat tangan atau salam Namaste. Dengan melakukan “Salam” berarti kita mau menerima keberadaan orang lain dan berlaku sopan terhadap mereka. Selain itu, salam yang kita ucapkan itu mengandung doa dan harapan terhadap orang yang kita sapa. Contohnya, ketika kita memberi salam dengan ucapan “Salam Damai Sejahtera”, maka kita mendoakan dan mengharapkan orang yang kita sapa dalam keadaan damai sejahtera; begitu pula sebaliknya, ketika orang tersebut membalas sapaan kita dengan ucapan yang sama, berarti sama-sama saling mendoakan agar sejahtera selalu. Jadi, mari kita terus melakukan budaya memberi salam sebagai murid-murid Yesus, agar kita selalu mendoakan dan berharap Tuhan memberi damai sejahtera buat kita semua. Salam Sejahtera buat kita semua.